https://de.wikipedia.org/w/api.php?action=feedcontributions&feedformat=atom&user=Andri.hWikipedia - Benutzerbeiträge [de]2025-06-24T13:18:03ZBenutzerbeiträgeMediaWiki 1.45.0-wmf.6https://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497974Indonesische Unabhängigkeitserklärung2010-02-28T10:12:45Z<p>Andri.h: ←Suntingan 118.96.0.6 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh 125.163.108.159</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Indonesia declaration of independence 17 August 1945.jpg|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]] dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] Jepang oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
[[Berkas:Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg|thumb]]<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut [[Saigon]], [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di [[Dalat]], Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, [[Sutan Syahrir]] mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
[[Berkas:Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg|thumb]]<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Maeda Tadashi|Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
Peristiwa Rengasdengklok <br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], [[Sukarni]], dan [[Wikana]] --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan [[Tan Malaka|Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka]] --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur]] yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu [[Ahmad Subardjo|Mr. Ahmad Soebardjo]] melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke [[Rengasdengklok]]. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh [[Maeda Tadashi]] dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]] telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga ''status quo'', tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Maeda Tadashi|Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh [[Soekarni]], [[B.M. Diah]], Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.<ref>Zahorka, H. [http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman/#akhir Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia].</ref> Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
== Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi ==<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.{{br}}<br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''{{br}}<br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''{{br}}<br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''{{br}}<br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''{{br}}<br />
:::''Soekarno/Hatta''{{br}}<br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
{{sound sample box align right|}} <br />
{{Audio|Indonesia declaration of independence 1945.ogg|Suara Bung Karno membacakan naskah proklamasi di studio RRI tahun 1951, pembacaan atas usul salah satu pendiri RRI Jusuf Ronodipuro}}<br />
[[Berkas:Indonesia declaration of independence 1945.ogg|noicon]]<br />
{{Multi-listen end}}<br />
{{sample box end}}<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari '''Sayuti Melik''' (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
::::::::''<u>Proklamasi</u>''<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br />
<br />
:::''Djakarta, 17-8-45<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
{{reflist}}<br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Hari raya Indonesia}}<br />
{{Topik Indonesia|state=show}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Proclamation of Indonesian Independence]]<br />
[[fr:Proclamation de l'indépendance de l'Indonésie]]<br />
[[jv:Proklamasi kamardikan Indonesia]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497943Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-11-07T02:17:23Z<p>Andri.h: +rujukan</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Indonesia declaration of independence 17 August 1945.jpg|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]] dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] Jepang oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
[[Berkas:Indonesian flag raised 17 August 1945.jpg|thumb]]<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut [[Saigon]], [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di [[Dalat]], Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, [[Sutan Syahrir]] mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
[[Berkas:Indonesia flag raising witnesses 17 August 1945.jpg|thumb]]<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Maeda Tadashi|Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], [[Sukarni]], dan [[Wikana]] --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan [[Tan Malaka|Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka]] --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur]] yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu [[Ahmad Subardjo|Mr. Ahmad Soebardjo]] melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke [[Rengasdengklok]]. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
<br />
<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh [[Maeda Tadashi]] dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]] telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga ''status quo'', tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Maeda Tadashi|Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh [[Soekarni]], [[B.M. Diah]], Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.<ref>Zahorka, H. [http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman/#akhir Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia].</ref> Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
== Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi ==<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.{{br}}<br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''{{br}}<br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''{{br}}<br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''{{br}}<br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''{{br}}<br />
:::''Soekarno/Hatta''{{br}}<br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
==Rujukan==<br />
{{reflist}}<br />
<br />
{{Hari raya Indonesia}}<br />
{{Topik Indonesia|state=show}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Proclamation of Indonesian Independence]]<br />
[[fr:Proclamation de l'indépendance de l'Indonésie]]<br />
[[jv:Proklamasi kamardikan Indonesia]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497880Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-04-02T00:44:10Z<p>Andri.h: ←Membatalkan revisi 2110601 oleh 61.5.104.16 (Bicara)</p>
<hr />
<div>{{refimprove}}<br />
[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
= Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi =<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br /><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br /><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br /><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br /><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br /><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br /><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
{{sound sample box align right|}} <br />
{{Audio|Proklamasi.ogg|Suara Bung Karno sewaktu membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945}}<br />
[[Berkas:Proklamasi.ogg|noicon]]<br />
{{Multi-listen end}}<br />
{{sample box end}}<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</u></i><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.''<br />
<br />
:::''Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45''<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Hari raya Indonesia}}<br />
{{Topik Indonesia|state=show}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[fr:Proclamation de l'indépendance de l'Indonésie]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497872Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-02-23T22:40:44Z<p>Andri.h: /* Naskah Otentik */</p>
<hr />
<div>{{refimprove}}<br />
[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
= Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi =<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br /><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br /><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br /><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br /><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br /><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br /><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
{{sound sample box align right|}} <br />
{{Audio|Proklamasi.ogg|Suara Bung Karno sewaktu membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945}}<br />
[[Berkas:Proklamasi.ogg|noicon]]<br />
{{Multi-listen end}}<br />
{{sample box end}}<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</u></i><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.''<br />
<br />
:::''Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45''<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Topik Indonesia}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497871Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-02-23T22:40:10Z<p>Andri.h: /* Naskah Otentik */</p>
<hr />
<div>{{refimprove}}<br />
[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
= Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi =<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br /><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br /><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br /><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br /><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br /><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br /><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</u></i><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.''<br />
<br />
:::''Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45''<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
{{sound sample box align right|}} <br />
{{Audio|Proklamasi.ogg|Suara Bung Karno sewaktu membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945}}<br />
[[Berkas:Proklamasi.ogg|noicon]]<br />
{{Multi-listen end}}<br />
{{sample box end}}<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Topik Indonesia}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497870Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-02-23T22:39:43Z<p>Andri.h: /* Naskah Otentik */</p>
<hr />
<div>{{refimprove}}<br />
[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
= Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi =<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br /><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br /><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br /><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br /><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br /><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br /><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</u></i><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.''<br />
<br />
:::''Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45''<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
{{sound sample box align left|}} <br />
{{Audio|Proklamasi.ogg|Suara Bung Karno sewaktu membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945}}<br />
[[Berkas:Proklamasi.ogg|noicon]]<br />
{{Multi-listen end}}<br />
{{sample box end}}<br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Topik Indonesia}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497866Indonesische Unabhängigkeitserklärung2009-02-05T16:56:47Z<p>Andri.h: </p>
<hr />
<div>{{refimprove}}<br />
[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. [[Soekarno]] yang didampingi oleh Drs. [[Mohammad Hatta]] di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.<br />
<br />
== Latar belakang ==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokiritu Junbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).<br />
<br />
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Muda Maeda]], di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
==== Peristiwa Rengasdengklok ====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.<br />
<br />
==== Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda ====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.[[Soekarno]] dan [[Hatta]] menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.<br />
<br />
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.<br />
<br />
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]], namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref> (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).<br />
<br />
= Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi =<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]]]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br /><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br /><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br /><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br /><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br /><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br /><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
=== Naskah Otentik ===<br />
<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</u></i><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.<br />
<br />
:''Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan''<br />
:''dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.''<br />
<br />
:::''Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45''<br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br />
<br />
{{Listen|filename=Proklamasi.ogg|title=Proklamasi|description=Suara Bung Karno sewaktu membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustsu 1945}}<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa <br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Balap bakiak]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
* [[Pemecahan balon]]<br />
* [[Pengambilan koin dalam terigu]]<br />
* [[Lari Kelereng]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.<br />
<br />
== Rujukan ==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
* [[Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{Topik Indonesia}}<br />
<br />
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Kabinett_Osttimors_(1975)&diff=100681453Kabinett Osttimors (1975)2007-10-06T05:43:42Z<p>Andri.h: ~stub</p>
<hr />
<div>'''Kabinet 1975''' adalah Kabinet Pemerintahan [[Timor-Leste]] yang dibentuk pada tanggal 30 November 1975 setelah [[Proklamasi Kemerdekaan]] yang diproklamirkan pada tanggal [[28 November]] [[1975]] oleh (''Comité Central da Fretilin'' / CCF) Komite Pusat [[Fretilin]] melalui [[Francisco Xavier do Amaral]].<br />
Namun [[Kabinet]] ini tak berumur panjang, karena tujuh hari kemudian tepatnya tanggal [[7 Desember]] [[1975]] [[Tentara Nasional Indonesia|militer]] [[Indonesia]] masuk ke Timor Timur.<br />
<br />
==Susunan Kabinet==<br />
Susunan Kabinet 1975:<br />
* Presiden Republik: [[Francisco Xavier do Amaral]]<br />
* Perdana Menteri: [[Nicolau dos Reis Lobato]]<br />
<br />
==Lihat pula==<br />
* [[Teks Proklamasi Kemerdekaan Timor-Leste]]<br />
* [[Lagu Kebangsaan Timor-Leste]] [[Pátria]]<br />
* [[Konstitusi RDTL 1975]]<br />
<br />
{{sejarah-stub}}<br />
[[Kategori:Sejarah Timor Timur]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497789Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-09-19T15:24:43Z<p>Andri.h: ←Membatalkan revisi 952783 oleh 202.74.79.102 (Bicara)</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497787Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-09-19T15:23:07Z<p>Andri.h: ←Membatalkan revisi 952774 oleh 202.74.79.102 (Bicara)</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497785Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-09-19T15:16:57Z<p>Andri.h: ←Membatalkan revisi 952748 oleh 202.74.79.102 (Bicara)</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497770Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-08-25T03:00:57Z<p>Andri.h: /* Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi */ comment out</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
{{Sejarah Indonesia}}<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
<!--<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
--><br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497768Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-08-24T00:51:08Z<p>Andri.h: </p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497767Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-08-24T00:50:05Z<p>Andri.h: buat lebih ensiklopedik</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut [[tahun Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian [[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[10 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
Pada tanggal [[12 Agustus]] [[1945]], [[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
Pada tanggal [[15 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
===[[17 Agustus]] [[1945]]===<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
<br />
===[[18 Agustus]] [[1945]]===<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497754Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-07-13T17:54:58Z<p>Andri.h: +pic</p>
<hr />
<div>[[Berkas:Proklamasi indonesia.jpg|right|thumb|Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah ditandatangani Soekarno-Hatta]]<br />
<br />
'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun [[Jepang]], atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
===[[6 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]].<br />
<br />
===[[7 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]).<br />
<br />
===[[9 Agustus]] [[1945]]===<br />
Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.<br />
<br />
===[[10 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sementara itu, di Indonesia, [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
===[[12 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
===[[14 Agustus]] [[1945]]===<br />
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
<br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
===[[15 Agustus]] [[1945]]===<br />
Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
===[[16 Agustus]] [[1945]]===<br />
Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 (sekarang gedung perpustakaan Nasional-Depdiknas) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus.<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
<br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
===[[17 Agustus]] [[1945]]===<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi|Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monumen Nasional]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
<br />
===[[18 Agustus]] [[1945]]===<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih secara aklamasi oleh PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh [[TVRI]]. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{indo-sejarah-stub}}<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497747Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-03-18T08:58:13Z<p>Andri.h: /* Pranala luar */</p>
<hr />
<div>'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
===[[6 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]].<br />
<br />
===[[7 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]).<br />
<br />
===[[9 Agustus]] [[1945]]===<br />
Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.<br />
<br />
===[[10 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sementara itu, di Indonesia, [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
===[[12 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
===[[14 Agustus]] [[1945]]===<br />
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
===[[15 Agustus]] [[1945]]===<br />
Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu - buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
===[[16 Agustus]] [[1945]]===<br />
Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 ( Sekarang gedung perpustakaan Nasional - Depdiknas ) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. <br />
<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
===[[17 Agustus]] [[1945]]===<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, bertepatan dengan bulan Ramadhan, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monas.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monas]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
<br />
===[[18 Agustus]] [[1945]]===<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih secara aklamasi oleh PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh [[TVRI]]. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{indo-sejarah-stub}}<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.hhttps://de.wikipedia.org/w/index.php?title=Indonesische_Unabh%C3%A4ngigkeitserkl%C3%A4rung&diff=78497746Indonesische Unabhängigkeitserklärung2007-03-18T08:57:58Z<p>Andri.h: /* Pranala luar */</p>
<hr />
<div>'''Proklamasi Kemerdekaan Indonesia''' Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Muhammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.<br />
<br />
==Latar belakang==<br />
===[[6 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang, oleh [[Amerika Serikat]].<br />
<br />
===[[7 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[BPUPKI]] berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]).<br />
<br />
===[[9 Agustus]] [[1945]]===<br />
Bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] dan akhirnya menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.<br />
<br />
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.<br />
<br />
===[[10 Agustus]] [[1945]]===<br />
Sementara itu, di Indonesia, [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Syahrir memberitahu penyair [[Chairil Anwar]] tentang dijatuhkannya bom atom di [[Nagasaki]] dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari [[Sekutu]] untuk menyerah. Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.<br />
<br />
===[[12 Agustus]] [[1945]]===<br />
[[Jepang]] melalui [[Marsekal Terauchi]] di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/07/sekitar-proklamasi-1.html Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein]</ref> Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.<br />
<br />
===[[14 Agustus]] [[1945]]===<br />
Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro dengan Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.<br />
<br />
Sementara itu Syahrir menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan. <br />
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap, Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.<br />
<br />
===[[15 Agustus]] [[1945]]===<br />
Jepang menyerah kepada [[Sekutu]]. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda. Sutan Sjahrir, salah satu tokoh pemuda mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu - buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong. <br />
<br />
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor ''Bukanfu'', [[Laksamana Maeda]], di Jalan Imam Bonjol. Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 malam 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan UUD yang sehari sebelumnya telah disiapkan Hatta.<br />
<br />
===[[16 Agustus]] [[1945]]===<br />
Gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pengikut Syahrir. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi [[peristiwa Rengasdengklok]]. <br />
<br />
====Peristiwa Rengasdengklok====<br />
{{utama|peristiwa Rengasdengklok}}<br />
<br />
Para pemuda pejuang, termasuk [[Chaerul Saleh]], yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal [[16 Agustus]] [[1945]]. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka menculik Soekarno (bersama [[Fatmawati]] dan [[Guntur ]]yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai [[peristiwa Rengasdengklok]]. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. <br />
<br />
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka langsung menuju ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No. 1 ( Sekarang gedung perpustakaan Nasional - Depdiknas ) yang diperkirakan aman dari Jepang. Sekitar 15 pemuda menuntut Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan melalui radio, disusul pengambilalihan kekuasaan. Mereka juga menolak rencana PPKI untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 16 Agustus. <br />
<br />
<br />
====Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Yamamoto dan Laksamana Maeda====<br />
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Letnan Jenderal [[Moichiro Yamamoto]], komandan Angkatan Darat pemerintahan militer Jepang (''Gunseikan'') di [[Hindia Belanda]] dengan sepengetahuan Mayor Jenderal [[Otoshi Nishimura]], Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Dari komunikasi antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, [[Soekarno]] dan [[Hatta]] menjadi yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk memberikan kemerdekaan.<br />
<br />
Setelah itu mereka bermalam di kediaman [[Laksamana Maeda]] (kini Jalan Imam Bonjol No.1) untuk melakukan rapat untuk menyiapkan teks [[Proklamasi]]. Rapat dihadiri oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di [[Lapangan Ikada]] namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]]<ref>[http://sejarahkita.blogspot.com/2006/08/sekitar-proklamasi-5.html Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein]</ref>.<br />
<br />
Sebelumnya para pemuda mengusulkan agar naskah proklamasi menyatakan semua aparat pemerintahan harus dikuasai oleh rakyat dari pihak asing yang masih menguasainya. Tetapi mayoritas anggota PPKI menolaknya dan disetujuilah naskah proklamasi seperti adanya hingga sekarang. <br />
Para pemuda juga menuntut enam pemuda turut menandatangani proklamasi bersama Soekarno dan Hatta dan bukan para anggota PPKI. Para pemuda menganggap PPKI mewakili Jepang. Kompromi pun terwujud dengan membubuhkan anak kalimat ”atas nama Bangsa Indonesia” Soekarno-Hatta.<br />
<br />
===[[17 Agustus]] [[1945]]===<br />
====Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi====<br />
<br />
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, bertepatan dengan bulan Ramadhan, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, [[Jalan Pegangsaan Timur 56]] telah hadir antara lain [[Soewirjo]], [[Wilopo]], [[Gafar Pringgodigdo]], [[Tabrani]] dan [[SK Trimurti|Trimurti]]. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh [[Soewirjo]], wakil walikota Jakarta saat itu dan [[dr. Moewardi]], pimpinan [[Barisan Pelopor]].<br />
<br />
Pada awalnya [[SK Trimurti|Trimurti]] diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah [[Latief Hendraningrat]], seorang prajurit [[PETA]], dibantu oleh [[Soehoed]] untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih ([[Sang Saka Merah Putih]]), yang dijahit oleh [[Fatmawati]] beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]].<ref>''ibid''</ref>. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monas.<br />
<br />
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota [[Barisan Pelopor]] yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.<ref>''ibid''</ref><br />
<br />
[[Berkas:Proklamasi.png|thumb|right|350px|Naskah asli proklamasi]]<br />
<br />
[[Berkas:Naskah-Proklamasi.jpg|thumb|right|350px| Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di [[Monas]] dengan bingkai<ref>[http://www.geocities.com/arry_musman/Naskah-Proklamasi.jpg Foto naskah asli proklamasi oleh Arry&Musman]</ref>]]<br />
<br />
===[[18 Agustus]] [[1945]]===<br />
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai [[UUD 45]]. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.<br />
<br />
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih secara aklamasi oleh PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.<br />
<br />
== Isi Teks Proklamasi ==<br />
Isi teks [[proklamasi]] kemerdekaan yang singkat ini adalah:<br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05''<br><br />
:::''Atas nama bangsa Indonesia.''<br><br />
:::''Soekarno/Hatta''<br><br />
<br />
<br />
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan [[Kalender Jepang|tahun Jepang]] yang kala itu adalah tahun 2605.<br />
<br />
===Naskah Otentik===<br />
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari <b>Sayuti Melik</b> (atau ''Sajoeti Melik''), salah<br><br />
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan [[proklamasi]].<br />
<br />
Sementara naskah yang sebenarnya hasil gubahan Muh.[[Hatta]], A.Soebardjo, dan dibantu oleh<br><br />
Ir.[[Soekarno]] sebagai pencatat. Adapun bunyi teks naskah otentik itu sebagai berikut:<br><br />
<br />
::::::::<i><u>Proklamasi</i></u><br />
<br />
:''Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.<br><br />
<br />
:''Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan''<br><br />
:''dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.''<br><br />
<br />
:::''Djakarta, 17 - 8 - '45''<br><br />
:::''Wakil2 bangsa Indonesia.''<br><br />
<br />
== Peringatan 17 Agustus 1945 ==<br />
<br />
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari [[Panjat pinang|lomba panjat pinang]], [[makan kerupuk|lomba makan kerupuk]], sampai upacara militer di [[Istana Merdeka]], seluruh bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing. <br />
<br />
=== Lomba-lomba tradisional ===<br />
* [[Panjat pinang]]<br />
* [[Tarik tambang]]<br />
* [[Sepeda lambat]]<br />
* [[Makan kerupuk]]<br />
* [[Balap karung]]<br />
* [[Perang bantal]]<br />
<br />
=== Peringatan Detik-detik Proklamasi ===<br />
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh [[Presiden RI]] selaku [[Inspektur Upacara]]. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh [[TVRI]]. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera [[Sang Saka Merah Putih]] (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera [[Sang Saka Merah Putih]].<br />
<br />
==Rujukan==<br />
<references/><br />
<br />
== Lihat pula ==<br />
* [[Indonesia: Era Jepang#Periode menjelang Kemerdekaan RI|Periode menjelang Kemerdekaan RI]]<br />
<br />
== Pranala luar ==<br />
* {{id}} [http://www.sinarharapan.co.id/berita/0508/18/opi02.html Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi]<br />
* {{en}} [http://www.youtube.com/watch?v=lcPL0uUV02Y Proklamasi @ YouTube.com]<br />
<br />
{{indo-sejarah--stub}}<br />
<br />
[[kategori:Sejarah Indonesia]]<br />
[[Kategori:Peristiwa 1945]]<br />
<br />
[[en:Indonesian Declaration of Independence]]<br />
[[ms:Pengisytiharan Kemerdekaan Republik Indonesia]]</div>Andri.h